Sementaraitu, KH Maman Imanulhaq yang juga merupakan pimpinan Ponpes Almizan Jatiwangi, Majalengka, menyambut gembira kehadiran Pesantren Lirboyo di Majalengka karena itu artinya akan memperkuat
Sudah tidak asing di telinga tentang beberapa pesantren salaf besar yang dikenal unggul dalam penguasaan kitab kuningnya dan alumninya banyak yang terkenal dengan kualitas ilmunya. Misalnya saja pesantren Langitan, Sidogiri, Sarang, Ploso, Lirboyo dan lainnya. Saya di sini akan membicarakan tentang Pesantren Lirboyo. Di Lirboyo, saya pernah mendengar maaf saya tidak tahu kebenarannya cerita bahwa ada seorang alumni yang terkenal alim, usul agar di Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien MHM ada penjurusan fan keilmuan untuk tingkat Aliyah. Beliau mencontohkan seperti di perguruan tinggi, ada jurusan Tafsir Hadits, Bahasa Arab, Ahwal Syakhsiyah, Filsafat dan lain sebagainya. Di madrasah juga begitu, ada jurusan Fikih, Tafsir, Qowaid Nahwu Sharf, Tasawuf, Filsafat atau lainnya. Ia beralasan, santri Lirboyo tingkat Aliyah mestinya sudah punya kemampuan untuk itu penjurusan. Lagipula dasar-dasar materi agama sudah kuat pada tingkat Tsanawiyah. Jadi, kalau di tingkat Aliyah ada penjurusan sesuai minat dan bakat, tentu alumninya luar biasa. Ada yang ahli di bidang Fikih, Tafsir dan seterusnya. Santri tingkat Aliyah tidak perlu mempelajari seabrek materi yang terkadang ada beberapa yang tidak diminati atau tidak kuasai. Bisa juga penjurusan diaplikasikan di kelas dua Aliyah atau dua tahun terakhir sebelum tamat. Jadi mereka sudah punya dasar dalam penjurusan jika nantinya ingin melanjutkan ke timur tengah misalnya. Tetapi usulan di atas tidak dipenuhi. Konon yang memberikan jawaban adalah KH. Abd. Aziz Manshur. Beliau memberikan jawaban yang diplomatis dan membuat hampir semua orang “sami’na wa atha’na”. Begini jawabannya. Di Lirboyo itu tidak hanya memperhatikan yang pintar-pintar saja dalam hal ini, penjurusan adalah ranah para santri yang pintar dan mempunyai keilmuan yang mapan. Tapi juga mendidik dan memperhatikan mereka yang kemampuannya sedang dan pas-pasan. Alhasil, santri lulusan Lirboyo itu bisa menyebar menjadi tokoh di segala tingkatan dalam kehidupan di masyarakat. Riilnya, alumni Lirboyo yang keilmuannya sedang dan pas-pasan itu bisa menjadi tokoh di tingkat desa atau RT. Sedangkan yang pintar dan keilmuannya tinggi, mereka akan menjadi tokoh nasional dan bahkan internasional, lihat saja misalnya KH. Maimoen Zubair, KH. A. Mustofa Bisri, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA. dan lain sebagainya. Dengan jawaban seperti itu membuat semua orang adem dan menyadari misi besar yang diemban oleh pesantren untuk semua kalangan di masyarakat. Karena itulah, Pesantren Lirboyo adalah pesantren untuk semua pencari. Note Sekarang model kurikulum di MHM Lirboyo sudah ada perubahan. Ada penambahan Ma’had Aly. Tapi saya belum tahu secara detail materi kurikulum dan aplikasinya. *
SelapananAlumni Lirboyo Daerah Magelang 28 Desember 2017 Maul lana Lirboyonet-Kediri, Rutinan Selapanan Kec. Salaman Kab. Magelang digelar setiap malam Rabu Legi. Kali ini bertempat di Pojok Lirboyo Peran Santri Dalam Menangkal
Lirboyo Dihina tidak tumbang, difitnah tetep berjuang malah semakin terkenal, ketika dipuji tidak terbang. Last updated Sep 15, 2022 LTN NU Jabar, Nurul Azizah – Ada sebuah group di Facebook yaitu Ilmu Tauhid dan Sunnah, yang menurut penulis group itu dibuat oleh orang-orang pecinta Wahabi. Memamerkan ajaran-ajarannya dan menyebarkan ke kalayak ramai bahwa ajaran Wahabi itu keren dan asyik, itu menurut pendapat mereka. Tetapi kenyataannya tidak begitu. Malah mereka membongkar sendiri tipu daya dan hoak selama ini. Penulis pernah ditawari teman Nahdliyin untuk gabung di group itu, bahkan sering di tag untuk bisa komen dan lain-lain, tetapi tidak penulis gubris. Males saja berdebat dengan para anggota group yang rata-rata anggota kelompok Wahabi. Ciri-ciri dari kelompok Wahabi selalu mengklaim bahwa kata sunnah, hijrah, salafi, manhaj salaf, itu sudah menjadi miliknya. Belum lagi kata-kata yang bernada kearab-araban umi, ukhti, antum dan lain-lain yang semakin menjadikan kepalanya tambah besar. Sesuatu yang selalu berbeda dengan pemahaman mereka dianggap bid’ah. Termasuk mencari ilmu di Pondok Pesantren NU dalam hal ini disebut sebagai Ponpes Lirboyo, juga dianggap bid’ah. [bs-quote quote=”Dihina tidak tumbang, difitnah tetep berjuang malah semakin terkenal, ketika dipuji tidak terbang” style=”style-13″ align=”left” color=”” author_name=”Nurul Azizah” author_job=”” author_avatar=”” author_link=””][/bs-quote] Kata-kata dalam unggahan group Wahabi tersebut “Mondok bertahun-tahun, pulang bawa amalan bid’ah.” Sudah menjadi rahasia umum kalau Wahabi itu suka membid’ah-bid’ahkan amaliyah warga Nahdlatul Ulama NU. Mereka hanya hafal hadis, “Kullu bid’atin dholalah,” setiap bid’ah adalah kesesatan. Itu potongan hadis yang tidak utuh, tapi sudah menjadi icon Wahabi yang suka membid’ah bid’ahkan orang yang tidak sefaham. Padahal kalau mau mempelajari hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, As Nasai dan Ibnu Majjah bukanlah sepenggal hadis yang tidak ada lanjutannya. Wahabi menutupi lanjutan hadis tersebut. Kalau hadis itu dibaca utuh maka akan memiliki makna sebagai berikut “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesunggunya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallahu’ alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan tempatnya di neraka HR. Muslim, Ahmad, An Nasai’, Ibnu Majjah. Sejak kapan mondok di pesantren NU menjadi bid’ah. Nyatanya banyak alumni Ponpes Lirboyo yang menjadi ulama besar di negeri ini. Bahkan para alumni telah membentuk Himpunan Alumni Santri Lirboyo yang diberi nama HIMASAL, singkatan dari Himpunan Alumni Santri Lirboyo. Mengutip dari Himasal didirikan pada tanggal 26 Syawal 1416 H atau 15 Maret 1996 M. Organisasi yang bersifat kekeluargaan dan beraqidah Islam menurut faham ahli sunnah wal jama’ah dan berazaskan Pancasila. Para alumni Ponpes Lirboyo Kediri Jawa Timur, banyak yang menjadi ulama besar diantaranya Mbah Maimoen Zubair. Kiai Haji Maimun Zubair, kadang ditulis menggunakan ejaan lama Maimoen Zoebair atau akrab dipanggil Mbah Moen, adalah seorang ulama dan politikus Indonesia. Beliau pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang dan menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan hingga ia wafat pada tanggal 6 Agustus 2019 di Mekkah dan di makamkan di Jannatul Mualla, Mekkah Arab Saudi. Warga masyarakat harus tahu ada tiga alumni Lirboyo yang menjadi Paku Indonesia, yaitu Mbah Moen, Gus Mus KH. Mustofa Bisri dan KH. Said Agil Sirodj. Masih banyak ulama-ulama kharismatik lainnya alumni Lirboyo. Apakah sudah benar kata bid’ah disematkan pada Pondok Pesantren Lirboyo. Para ustad dan santri Wahabi cobalah berkunjung ke Lirboyo Kediri, berdiskusi dan bertukar pandangan tentang Islam Rahmatan Lil Alamin. Jangan cuma berani membid’ah-bid’ahkan ajaran yang diberikan di Lirboyo. Tolong bercermin pada diri sendiri, apakah Wahabi bisa mencetak ulama yang bisa menganyomi umat Islam seluruh Nusantara. Mbah Moen sudah membuktikan. Lirboyo di fitnah dan dihina tidak tumbang, apalagi yang menghina kelompok Wahabi. Oh biasa saja tuh, malah semakin ngetop, beriklan tanpa harus membayar. “Dihina tidak tumbang, difitnah tetep berjuang malah semakin terkenal, ketika dipuji tidak terbang.” Penulis yakin Lirboyo tetep fokus menjadi pemenang dan mampu menghidupi banyak orang. Mengapa harus susah payah meladeni ujaran kebencian yang dilontarkan oleh oknum Wahabi. Tampang penghina Lirboyo sudah beredar di Sosmed, mungkin sebentar lagi dia minta maaf atas postingannya di group Ilmu Tauhid dan Sunnah. Tulisannya sebagai berikut sambil mengunggah profil Pondok Pesantren Lirboyo “Pondok ini mengajarkan amalan-amalan bid’ah. Semoga pondok ini dirujuk ke Manhaj Salaf … , MONDOK BERTAHUN TAHUN PULANG BAWA AMALAN BIDAH.” Coba amalan Wahabi diejek orang, pasti orang Wahabi tidak terima. Apakah Pondok Pesantren Manhaj Salaf sudah mengajarkan apa yang tertulis dalam Al-quran dan Al-hadis. Mereka sendirilah pelaku bid’ah sesat, karena Kanjeng Nabi tidak pernah mengajarkan perbuatan yang menghina dan memfitnah suatu Pendidikan di Pondok Pesantren. Apakah zaman Kanjeng Nabi sudah ada Pondok Pesantren kok beraninya menghina dan membid’ah bid’ahkan amalan orang NU termasuk mencari Ilmu di Pondok Pesantren NU sekelas Lirboyo. Menuduh bid’ah mondok di Lirboyo juga bagian dari bid’ah sendiri.
Pondoktahfidz yang terletak di Kota Mojokerto ini memiliki fokus utama sebagai pondok eksklusif khusus perempuan. Dengan memadukan dua sistem, modern dan salaf membuat pondok tahfidz Qur’an ini juga memiliki ciri khas tersendiri. Dalam pendidikan, Darul Hikam menerapkan sistem modern dengan mengoptimalkan sistem pendidikan dua puluh jam.
Pegiat media sosial Eko Kuntadhi mengunjungi Ponpes Lirboyo, Kediri setelah cuitannya di media sosial Twitter dianggap menghina Ustazah Imaz Fatimatuz Zahra atau yang akrab disapa Ning Imaz. Eko tiba di Ponpes Lirboyo pada Kamis 15/9 sekitar pukul WIB. JAKARTA - Alumni Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Muchamad Nabil Haroen, yang yang akrab dipanggil Gus Nabil terkejut saat mendengar putri kiai Lirboyo, Ustazah Imaz Fatimatuz Zahra atau Ning Imaz dihina oleh pegiat media sosial, Eko Kuntadhi. Jika Ning Imaz tidak memaafkannya, menurut Gus Nabil, barisan alumni Lirboyo pun siap menghadapi Eko Kuntadhi. “Sebagai alumni Lirboyo tentu terkejut kok sedangkal itu Eko Kuntadhi. Saya juga sudah mendengar dia meminta maaf, ya itu terserah Ning Imaz memaafkan atau tidak. Kalau Ning Imaz tidak memaafkan, ya kita barisan alumi Lirboyo di belakangnya siap Eko Kuntadhi mau model apa,” ujar Gus Nabil saat ditemui dalam acara Mukernas LPOI di Jakarta, Kamis 15/9/2022. Wakil Sekretaris LPOI ini menuturkan, semua orang memang bebas berpendapat di media sosial. Namun, kata dia, seharusnya influencer atau public figure harus memiliki cara-cara yang beradab. “Seharusnya public figure atau influencer ini tentunya harus memiliki cara-cara yang beradab, yang beretika, dan bisa memberikan contoh bagi yang lain ketika dia mengeluarkan kutipan, cicitan Twitter atau apapun,” ucap Gus Pagar Nusa NU ini mengatakan, kasus penghinaan yang dilakukan Eko Kuntadhi ini harus dijadikan sebagai pelajaran bagi pegiat media sosial, sehingga tidak asal dalam berkomentar. “Ini harus menjadi pelajaran bahwa ketika kita ingin menanggapi sesuatu harus kita baca secara utuh, kita pelajari secara utuh baru komen, gak asbun, asal bunyi,” kata Anggota DPR RI ini. Gus Nabil menambahkan, di zaman sekarang ini banyak sekali influencer yang asal bunyi untuk mencari popularitas. Dia pun khawatir Eko Kuntadhi juga melakukan penghinaan terhadap Ning Imaz hanya untuk sebuah popularitas.“Jadi, menurut saya ya kita tunggu sikap Ning Imaz saja. Sejauh ini saya belum mendapatkan konfrmasi. Katanya mau ke Lirboyo,” kata Nus Nabil yang pernah nyantri di Lirboyo selama 11 tahun. MasyarakatWonosobo menunggu kiprah alumni santri Lirboyo,” tegasnya. Wali santri, diharapkan Afif, untuk bekerja keras dan mendoakan putra-putrinya agar sukses dalam menuntut ilmu di pesantren. Biaya yang dikeluarkan orang tua saat ini merupakan investasi bagi anak di masa depan. “Mari sama-sama berdoa agar pandemi global Covid-19 segera usai.
KH Azizi Hasbullah terkenal sebagai macan Lirboyo. Sebuah julukan yang menggambarkan kepiawaiannya dalam ranah bahstul masail. Kepulangannya ke hadirat Allah Swt tentu saja meninggalkan banyak kenangan di benak sahabat dan jejak digital tentang cerita beliau yang tersebar di media sosia. Di antaranya adalah tulisan Mukti Ali Qusyairi, alumni Pesantren Lirboyo Kediri dan Ketua Lembaga Bahtsul Masail LBM Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama PWNU DKI Jakarta yang ia unggah di akun facebooknya.“Saya sebagai murid, saya ingin menulis sekilas tentang beliau sependek yang saya tahu. Karena bagi saya, beliau adalah tokoh penting.” semula saya nyantri di Lirboyo, nama Romo KH Azizi Hasbullah selanjutnya disebut Kiai Azizi sudah menjadi buah bibir dan tema tersendiri dalam obrolan-obrolan warung kopi para santri. Pasalnya, di dalam diri Kiai Azizi ada anomali atau ketidaknormalan yang mengejutkan bagi publik Kiai Azizi dari keluarga yang kurang berada, sehingga agar bisa nyantri di Lirboyo dengan memilih menjadi dalem Kiai pengasuh Lirboyo. Lantaran dengan memilih menjadi dalem, ia bisa gratis sekolah dan mesantren serta mendapatkan kebutuhan makan-minum serta kebutuhan merupakan tradisi pesantren. Yaitu kerja-kerja khidmah, pengabdian, dan membantu berbagai hal yang dibutuhkan sang kiai. Misalkan menjaga toko kitab, warung/kantin, memasak, mengurus sawah, atau mengurus binatang ternak, dll. Akan tetapi kerja-kerja itu dilakukan di luar jam wajib sekolah dan ngaji Azizi konon mendapatkan pengabdian di bidang mengurus sapi-sapi milik keluarga almaghfurlah Romo KH Ahmad Idris Marzuqi, pengasuh Pesantren Lirboyo generasi menjadi santri, Kiai Azizi sibuk mencari rumput, memberi makan-minum, dan membersihkan kandang sapi serta memandikan sapi-sapi. Kadang-kandang sapi berada di samping pesantren. Kiai Azizi pun semasa menjadi santri sampai menjadi guru kami, kiai kami, hidup dan mukim di sebuah gubuk terbuat dari bambu dan jerami yang berada tidak jauh dari kandang sibuk dalem mengurus sapi-sapi yang cukup menyita waktu dan menguras tenaga, tetapi Kiai Azizi menjadi siswa yang paling menonjol kemampuan hapalan, pemahaman, mental, dan artikulasinya. Beliau selalu menjadi Rais Am, ketua musyawarah kitab, dan aktivis serta santri bahtsul masail pilih yang dikagumi oleh publik santri. Sembari bertanya-tanya, mana mungkin dalam waktu bersamaan sibuk luar biasa dalem ngurus sapi dan menjadi siswa yang paling menonjol?! Ada yang bergumam, “ini anomali, gak normal!”. Ada yang bilang, “Genius!”. Juga ada yang bilang dengan bahasa agak intelek, “Out of the box!” Semua mengagumi. Di Lirboyo, Kiai Azizi Hasbullah menjadi tokoh fenomenal sejak menjadi santri hingga detik ini. Banyak yang menjuluki “Macan Lirboyo!”Saya pun mengaguminya. Fans berat. Meski selain beliau, ada tokoh-tokoh di dalam Lirboyo yang saya kagumi seperti di antaranya yaitu Gus KH Ishomuddin Adziq, Pak Kiai Rosichun Zaka, Pak Kiai Ali Musthofa, Pak KH Saiful Mahrus Aly, Tokoh Kemerdekaan Dari Pesantren LirboyoBahtsul MasailKetika saya masih ibtidaiyah, suka menonton dan mendengarkan Kiai Azizi Hasbullah sedang menjelaskan rumusan dalam perhelatan bahtsul masail yang di adakan di Serambi tsanawiyah MTs baru bisa ikut belajar bahtsul masail dan musyawarah kitab Fathul Qarib lintas kelas tsanawiyah dan aliyah. Dewan perumusnya di antaranya Kiai Azizi, Pak KH Ali Musthofa, dll. Ketika beliau menjelaskan, saya pasang kuping dengan lebar. Rasanya senang sekali bisa dibimbing sang maestro bahtsul saya terkaget-kaget, kok bisa Kiai Azizi dalam merumuskan jawaban persoalan dengan memasukan pada bab kitab fikih yang sepertinya kurang nyambung tapi memang itu jawabannya. Pelan-pelan saya amati, dan setelah kelas tiga tsanawiyah dan sudah lumayan banyak baca kitab-kitab kuning seperti Bujayrami ala al-Khathim Syarah Iqna”, di sekolah juga belajar Fathul Mu’in dengan Syarah I’anat al-Thalibib dan Tarsyikhul Mustafidin, Hasyiyah Syarwani Sayah Tuhfatul Muhtaj pemberian kakak saya Qurratul Ain beli ketika haji, dll. Serta rajin mencatat ibarat-ibarat/penjelasan kitab yang penting. Saya baru memahami, ya memang ada banyak persoalan yang di bahas di bab kitab fikih yang terlihat tidak nyambung tetapi sebetulnya kitab fikih dalam pengebaban sudah baku. Itu-itu saja babnya. Misalkan ubudiyah, munakahat, mu’amalat, dan jinayat. Bagi yang biasa membaca buku modern pasti akan bingung mencari jawaban dari kitab kuning. Sebab buku modern ditulis secara spesifik dan tematis serta kasuistik/masalah permasalah. Sedangkan kitab kuning tidak ditulis secara tematis dan tidak akan menemukan tema tahlilan atau sedekah yang pahalanya untuk mayat, tapi kita akan menemukannya di bab janazah dal lain tiba saatnya di sekolah MHM Madrasah Hidayatul Mubtadiin Lirboyo saya mendapati materi kitab ushul fikih Waraqat, disusul Tashil al-Thuruqat, dan Lubbul Ushul. Kakak kelasku, Kang H Said Salim yang saat ini menjadi kakak ipar, menitipkan saya ke Kiai Azizi untuk ikut kursus kitab ushul fikih. Karena Kang H Said saat itu mau boyong tamatan. Kami sowan dengan membawa gula batu dan teh upet khas saat itu saya aktif kursus ushul fikih kitab Lubul Ushul bersama Kiai Azizi di biliknya yang terbuat dari bambu dan jerami itu. Biasa kita menyebutnya “gedeg”.Saya masih ternginang cara beliau menjelaskan. Menjelaskan pengertian dari kata perkata yang ada di dalam kitab. Sejujurnya saya baru bisa memahami ushul fikih berkat kursus dengan Kiai ketika beranjak naik kelas Aliyah menjumpai kitab Jam’u al-Jawami 2 jilid, saya merasa agak ringan karena ada modal kurus kitab Lubul Ushul bersama Kiai Aliyah, tahun 1998-2000. Di saat saya sedang gandrung membaca buku-buku pemikir muslim Indonesia maupun Timur Tengah bahkan Barat, sembari saya terkadang nulis di Majalah dinding Lirboyo dan menjadi Sekjen Bahtsul Masail Kelas Aliyah. Saya sowan ke Kiai Azizi dengan tujuan mencopi makalah-makalah beliau. Beliau makalah-makalah itu saya ketik ulang di tempat rental komputer di Kota Kediri dan saya simpan di disket. Saat itu belum ada flashdisk. Saya edit dan kasih pengantar kajian atas tulisan-tulisan beliau. Jadilah buku yang diberi judul “Kontekstualisasi Doktrin Fikih Islam”.Buku itu diterbitkan dan dicetak oleh kami bersama teman sekelas, Fajar Mukhlasin Nur ketua kelas yang juga orang Malang, Bustomi, dan lain-lain. Dananya itu diterbitkan dan dicetak oleh kami bersama teman sekelas, Fajar Mukhlasin Nur ketua kelas yang juga orang Malang, Bustomi, dll. Dananya itu kita jual habis ketika dilaunching dan dibedah oleh penulisnya langsung Kiai Azizi Hasbullah. Karena Kiai Azizi adalah magnet dan idola para santri Lirboyo, sehingga tak butuh waktu lama menghabiskan buku uang hasil penjualan buku terkumpul, labanya kami berikan kepada Kiai Azizi sebagai penulis dan modal dikembalikan ke teman-teman sambil mayoran terong. Mensyukuri kesuksesan murid. Pada tahun 2021, kami pernah mengundang beliau bersama Kiai Zahro Wardi untuk menjadi perumus LBM PWNU DKI Jakarta. Dan bersedia datang. Betul-betul datang ke Jakarta. Kami senang sekali. Terasa mendapatkan keberkahan dan wawasan yang luar kini Sang macan Lirboyo itu telah Lahu Alfatihah Imam HamidiSumber Facebook Mukti Ali Qusyairi
SR Kediri - Calon Gubernur nomor urut 2, Saifullah Yusuf, menghadiri acara Silahturahmi Masyayikh dan Alumni Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Rabu (11/4/2018). Pesantren adalah lembaga yang sangat efektif untuk mengembangkan dan mempertahankan ajaran Ahli Sunah wal Jama’ah, sekaligus men’cetak’ ulama-ulamanya. Oleh karena itu pondok pesantren harus ditumbuh kembangkan dan diangkat, baik kualitas maupun kwantitasnya. Untuk tercapainya tujuan tersebut, sangat erat kaitannya kepada ulama pondok pesantren yang selalu bersatu padu memperkokoh tali silaturrahim, banyak bermusyawarah, saling tolong menolong, bantu membantu, baik yang bersifat pribadi maupun organisasi yang dibentuk para alumninya. Dan berdasarkan pemikiran ini, para alumni Pondok Pesantren Lirboyo, dengan penuh kesadaran dan tawakkal membentuk organisasi dengan nama HIMASAL, singkatan dari Himpunan Alumni Santri Lirboyo. HIMASAL lahir di Lirboyo pada tanggal 26 Syawal 1416 H. bertepatan dengan tanggal 15 Maret 1996 M. Organisasi ini bersifat kekeluargaan dan beraqidah Islam menurut faham Ahli Sunnah wal Jama’ah serta mengikuti salah satu madzhab empat Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali yang beranggotakan setiap santri yang pernah belajar di Pondok Pesantren Lirboyo dan menyetujui azas-azas, aqidah tujuan dan sanggup melaksanakan semua keputusan organisasi. Kepengurusannya terdiri dari Dewan Pembina, Dewan Penasehat dan Dewan Pimpinan. Sedang tingkat kepengurusan organisasi yang berazaskan Pancasila ini terbagi menjadi tiga macam Kepengurusan Pusat, disingkat dengan PP, Pengurus Wilayah tingkat provinsi disingkat PW dan Pengurus Cabang tingkat Kabupaten/ Kotamadya/ Kota disingkat PC. Untuk permusyawaratannya, terbagi menjadi empat Musyawarah Nasional MUNAS, Musyawarah Besar MUBES, Musyawarah Wilayah MUSWIL dan Musyawarah Cabang MUSCAB. Keuangan organisasi yang berpusat di Pondok Pesantren Lirboyo ini, bersumber dari sumbangan yang tidak mengikat dan usahan-usaha halal lainnya. Semenjak terbentuk, HIMASAL telah menggelar MUNAS tiga kali. Pertama pada tanggal 17-19 Juli 2001, kedua digelar serangkai dengan peringatan Satu Abad Lirboyo pada 17 Juli 2010, dan ketiga pada 26 Mei 2015. 4 Alumni Muslim Pesantren
RezaAhmad Zahid dalam ceramahnya di hadapan ratusan santri dan alumni Pesantren Lirboyo Al Mahrusiyah di Depok, Jawa Barat, Ahad (16/6). Kiai muda yang akrab disapa Gus Reza itu merespons fenomena menjamurnya ustadz yang populer di internet, khususnya situs berbagi video Youtube , yang tidak memiliki ilmu agama yang meyakinkan.
Meskipun bukan akun resmi dari Pondok Pesantren Ponpes Lirboyo, ternyata akun Instagram ini justru punya banyak pengikut. Jumlahnya bahkan mengalahkan akun-akun resmi dari ponpes yang ada di Kelurahan Lirboyo tersebut. MOHAMMAD SYIFA “Wong wedok kui kudu ngalim dewe, ojo dadi bunyai Mudhof ilaih, surgo nunut neroko katut,”. Begitulah bunyi caption salah satu foto di akun Instagram serambilirboyo yang diunggah kemarin. Tidak hanya mengunggah foto dan caption singkat, dalam setiap unggahan foto selalu diikuti dengan berbagai keterangan. Keterangan itu bisa berupa hadits atau penjelasan-penjelasan dari berbagai kitab. Temanya bisa beragam. Mulai dari fiqih sehari-hari hingga isu-isu menarik lainnya. Namun, unggahan yang paling utama dari akun tersebut sebenarnya adalah terkait dengan kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Ponpes Lirboyo. Tidak hanya kegiatan belajar-mengajar di pondok, melainkan hal-hal unik lainnya yang terjadi di pondok yang mungkin jarang diketahui oleh masyarakat luas. “Akun serambilirboyo hanyalah akun biasa. Mboten spesial,” ujar Ahmad Fahrurrozi, admin atau pengelola akun serambilirboyo kepada Jawa Pos Radar Kediri. Fahrurrozi sendiri awalnya sebenarnya malu-malu’ dan enggan mengungkap identitasnya saat wartawan koran ini hendak mencari tahu siapa pengelola akun tersebut. Lelaki yang juga merupakan alumni Ponpes Lirboyo 2011 tersebut ingin apa yang dia lakukan benar-benar tidak diketahui orang lain. Menurut dia, akun media sosial tersebut sengaja dibuat dari ide yang sangat sederhana. Yakni bermula dari adanya rasa cinta terhadap pesantren, masyayikh, dan rasa eman. “Eman kalau dawuh dari para masyayikh Lirboyo tidak disebarluaskan,” sambung alumni yang kini tinggal di Magelang tersebut. Menurut dia, ada banyak akun-akun yang sebenarnya membagikan petuah dari para ulama. Namun, akun serambilirboyo ini mengkhususkan untuk menyebarluaskan dawuh dari ulama Lirboyo. Harapannya, agar orang tua yang melihat pesan-pesan itu akhirnya tertarik untuk memondokkan anaknya. Lantas, kapan akun tersebut mulai dibentuk? Menurut Fahrurrozi, awalnya dia hanya membuat akun Facebook yang saat ini sudah dikelola langsung oleh pihak pondok. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, muncul Instagram. Dari situlah lantas berinisiatif untuk membuat akun serambilirboyo. Menariknya, kata Fahrurrozi, akun tersebut sebenarnya bukanlah akun resmi yang dibuat oleh pengurus pondok. Melainkan, hanyalah akun untuk mewadahi para alumni yang sekiranya kangen’ dengan suasana di pondok. “Kalau pengurus pondok dan lembaga punya akun tersendiri,” tandas lelaki 29 tahun itu. Menariknya, dari pantauan wartawan koran ini, justru akun serambilirboyo ini memiliki jumlah follower yang lebih banyak dibanding akun-akun Lirboyo lainnya. Akun serambilirboyo kini punya pengikut. Angka itu lebih besar jika dibandingkan akun pondoklirboyo yang mencapai pengikut. Selama ini, hanya Fahrurrozi yang mengelola sendiri akun tersebut. Kendati demikian, dia punya rekan-rekan yang ada di Ponpes Lirboyo yang rutin untuk setor’ foto-foto. Karena itulah, meskipun dikelola dari jauh, akun tersebut selalu mendapatkan foto atau gambar yang update. Akun itu sendiri mulai dibuat pada 2016 lalu. Saat itu dibuat satu hari jelang peringatan Hari Santri yang jatuh setiap 20 Oktober. Dari situlah lantas akun tersebut terus meningkat jumlah pengikutnya. “Kebetulan sejak masih di rumah, saya memang sudah suka dengan media sosial,” lanjutnya. Bagi dia, ada rasa suka tersendiri bisa mengelola akun tersebut. Pasalnya, sejak kecil dia memang sudah bercita-cita untuk mondok. Karena itulah, pada tahun 2000 dia langsung mondok di Lirboyo dan ternyata kerasan hingga lulus di 2011. Ke depan, Fahrurrozi berharap agar akun tersebut bisa memberikan manfaat kepada masyarakat luas. Terutama dalam hal menyebarkan kebaikan kepada masyarakat, terutama para alumni Lirboyo. Meskipun bukan akun resmi dari Pondok Pesantren Ponpes Lirboyo, ternyata akun Instagram ini justru punya banyak pengikut. Jumlahnya bahkan mengalahkan akun-akun resmi dari ponpes yang ada di Kelurahan Lirboyo tersebut. MOHAMMAD SYIFA “Wong wedok kui kudu ngalim dewe, ojo dadi bunyai Mudhof ilaih, surgo nunut neroko katut,”. Begitulah bunyi caption salah satu foto di akun Instagram serambilirboyo yang diunggah kemarin. Tidak hanya mengunggah foto dan caption singkat, dalam setiap unggahan foto selalu diikuti dengan berbagai keterangan. Keterangan itu bisa berupa hadits atau penjelasan-penjelasan dari berbagai kitab. Temanya bisa beragam. Mulai dari fiqih sehari-hari hingga isu-isu menarik lainnya. Namun, unggahan yang paling utama dari akun tersebut sebenarnya adalah terkait dengan kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Ponpes Lirboyo. Tidak hanya kegiatan belajar-mengajar di pondok, melainkan hal-hal unik lainnya yang terjadi di pondok yang mungkin jarang diketahui oleh masyarakat luas. “Akun serambilirboyo hanyalah akun biasa. Mboten spesial,” ujar Ahmad Fahrurrozi, admin atau pengelola akun serambilirboyo kepada Jawa Pos Radar Kediri. Fahrurrozi sendiri awalnya sebenarnya malu-malu’ dan enggan mengungkap identitasnya saat wartawan koran ini hendak mencari tahu siapa pengelola akun tersebut. Lelaki yang juga merupakan alumni Ponpes Lirboyo 2011 tersebut ingin apa yang dia lakukan benar-benar tidak diketahui orang lain. Menurut dia, akun media sosial tersebut sengaja dibuat dari ide yang sangat sederhana. Yakni bermula dari adanya rasa cinta terhadap pesantren, masyayikh, dan rasa eman. “Eman kalau dawuh dari para masyayikh Lirboyo tidak disebarluaskan,” sambung alumni yang kini tinggal di Magelang tersebut. Menurut dia, ada banyak akun-akun yang sebenarnya membagikan petuah dari para ulama. Namun, akun serambilirboyo ini mengkhususkan untuk menyebarluaskan dawuh dari ulama Lirboyo. Harapannya, agar orang tua yang melihat pesan-pesan itu akhirnya tertarik untuk memondokkan anaknya. Lantas, kapan akun tersebut mulai dibentuk? Menurut Fahrurrozi, awalnya dia hanya membuat akun Facebook yang saat ini sudah dikelola langsung oleh pihak pondok. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, muncul Instagram. Dari situlah lantas berinisiatif untuk membuat akun serambilirboyo. Menariknya, kata Fahrurrozi, akun tersebut sebenarnya bukanlah akun resmi yang dibuat oleh pengurus pondok. Melainkan, hanyalah akun untuk mewadahi para alumni yang sekiranya kangen’ dengan suasana di pondok. “Kalau pengurus pondok dan lembaga punya akun tersendiri,” tandas lelaki 29 tahun itu. Menariknya, dari pantauan wartawan koran ini, justru akun serambilirboyo ini memiliki jumlah follower yang lebih banyak dibanding akun-akun Lirboyo lainnya. Akun serambilirboyo kini punya pengikut. Angka itu lebih besar jika dibandingkan akun pondoklirboyo yang mencapai pengikut. Selama ini, hanya Fahrurrozi yang mengelola sendiri akun tersebut. Kendati demikian, dia punya rekan-rekan yang ada di Ponpes Lirboyo yang rutin untuk setor’ foto-foto. Karena itulah, meskipun dikelola dari jauh, akun tersebut selalu mendapatkan foto atau gambar yang update. Akun itu sendiri mulai dibuat pada 2016 lalu. Saat itu dibuat satu hari jelang peringatan Hari Santri yang jatuh setiap 20 Oktober. Dari situlah lantas akun tersebut terus meningkat jumlah pengikutnya. “Kebetulan sejak masih di rumah, saya memang sudah suka dengan media sosial,” lanjutnya. Bagi dia, ada rasa suka tersendiri bisa mengelola akun tersebut. Pasalnya, sejak kecil dia memang sudah bercita-cita untuk mondok. Karena itulah, pada tahun 2000 dia langsung mondok di Lirboyo dan ternyata kerasan hingga lulus di 2011. Ke depan, Fahrurrozi berharap agar akun tersebut bisa memberikan manfaat kepada masyarakat luas. Terutama dalam hal menyebarkan kebaikan kepada masyarakat, terutama para alumni Lirboyo. Artikel Terkait v1GW.
  • 5oj8o1i3gl.pages.dev/300
  • 5oj8o1i3gl.pages.dev/403
  • 5oj8o1i3gl.pages.dev/365
  • 5oj8o1i3gl.pages.dev/363
  • 5oj8o1i3gl.pages.dev/569
  • 5oj8o1i3gl.pages.dev/448
  • 5oj8o1i3gl.pages.dev/292
  • 5oj8o1i3gl.pages.dev/184
  • alumni lirboyo yang terkenal